Lagu

Kamis, 13 Juni 2013

"I'II Disappear from your life"

Rasa sayang ini akan tetap bertahan
walau kau coba untuk menjauh dariku,,,
tersadar bahwa ini adalah yang terbaik
dan mungkin ini akan jadi yang terakhir

aku sayang kamu "namun aku sadar siapa diriku"
dan yang pasti cinta ini akan ku biarkan abadi di hati......
dengarlah rintihan hatiku
"aku akan menjauh bila itu yang kamu mau"

keadaan ini sepertinya memamksaku...
memaksa aku untuk tidak bersamamu...
berat rasanya,,,
tapi mungkin ini lah yg terbaik untuk mu...

karna kebahagiaanmu, adalah anugerah untukku..
walaupun, aku harus menghilang darimu...
sungguh ini akan jadi bebanku
namun ini yang terbaik untuk mu dan untuk ku

I'll disappear from your life

Aku sadar dan aku tidak bisa memaksa


Aku ga tau harus ngapain. Aku cuma berpikir kalau setiap orang pasti butuh waktu untuk sendiri. Butuh waktu untuk memperhatikan dirinya sendiri. Aku ga masalah kok. Toh aku juga butuh waktu untuk itu.
Aku ga mau duluan. Itu terserah saja. Jika udah ngerasa siap, aku masih nunggu kok. Aku bisa belajar lupain semuanya. Aku bisa belajar untuk tidak berharap lagi. Bagiku, semuanya bisa menjadi biasa. Hanya soal waktu untuk membuat semuanya jadi biasa.
Mungkin suatu saat nanti, perasaanku bisa jadi “biasa”. Sebenarnya aku ga mau. Tapi keadaanlah yang memaksaku begini. Yang dirasa sudah tidak ada lagi kenyamanan dengan diriku. Aku ga masalah. Aku sadar, sesuatu bisa menjadi amat membosankan. Aku sadar, suatu hari nanti aku hanya akan menjadi pelampiasan. Hanya untuk meluapkan duka. Bukan untuk meluapkan bahagia.
Aku tau, aku bukan lagi yang diharapkan. Karena aku dianggap memiliki pilihan hidup yang berbeda. Aku bukannya ingin berbeda, tapi tak bisakah jika aku ingin mencoba sesuatu yang aku anggap menyenangkan?
Ketika aku harus sendiri, seperti saat ini, aku tidak masalah. Aku bisa berusaha mencari hiburan. Aku tak peduli jika aku sudah tak dianggap lagi karena ada yang lebih menyenangkan dari diriku. Daripada aku harus menuai sakit hati karena rasa pilih kasih, lebih baik aku sendiri dan tidak berpikiran yang negatif.
Aku sedang proses untuk bisa memahami hidup. Aku memang terlalu kekanakan. Tapi aku bisa lebih dari ini. Aku takkan mengganggu. Aku hanya menunggu. Semoga saja tidak berubah jadi biasa. Karena aku tak tau, berapa lama aku sanggup seperti ini.
Jika nanti telah jadi biasa, mungkin aku akan pergi. Aku rasa itu lebih baik buat semua. Mungkin aku takkan berkata, tapi takkan ada lagi aku untuk melampiaskan.

Inilah aku dengan segala kekuranganku


Kalau kau ingin tau siapa diriku ....Aku akan katakan sejujurnya inilah diriku...Aku adalah seorang anak manusia yang mempunyai banyak kekurangan dan tak punya harta berlimpahAku tak berani berjanji akan buat dirimu bahagiaKarena aku sadar siapa diriku sesungguhnyaYang aku punya hanyalah sebongkah hati yang tulus dan suci mencintai dan menyayangiTapi dengan hati yang aku punya aku akan berusaha semampuku tuk buat dirimu bahagia dan bangga akan hati yang aku punyaJujur aku katakan kalau aku mencintai serta menyayangimu apa adanyaNamun kadang aku takut apakah kau bisa menerima diriku apa adanyaKarena aku tak ingin suatu hubungan di bangun diatas ketidakjujuranJadi inilah diriku apa adanya.

"Mengais masa lalu"

Kamu selalu mengajari ku mengais-ngais masa lalu
Memaksa ku untuk kembali menyentuh kenangan

Terdampar dalam bayang-bayang yang kau gurat secara sengaja
Seakan-akan sosok mu nyata

Menjelma menjadi pahlawan kesiangan
Yang merusak kebahagiaan

Dalam kenangan kau seret aku perlahan
Menuju masa yg harusnya aku lupakan

Hingga aku kelelahan
Hingga aku sadar bahwa aku sedang di permainkan...

Inikah caramu menyakiti ku?
Inikah caramu mencabik-cabik perasaanku?

Apakah dengan melihat tangis ku itu berarti bahagia buat mu?
Apakah dengan menorehkan luka di hatiku?

Berarti kemenangan bagimu....

Siapa aku di matamu?
Hingga begitu sulit kau lepaskan aku dari jeratanmu...

Apakah boneka kecil mu ini dilarang untuk bahagia?
Apakah wayang yang sering kau mainkan ini dilarang mencari kebebesan?
Mengapa kau sering memperlakukan aku seperti mainan?

Kapan kau ajari aku kebebesan?
 Ajari aku caranya melupakan..

Meniadakan segala kecemasan
Meniadakan segala kenangan

Nyatanya derai air mataku hanya di sebabkan olehmu

Ajari aku caranya melupakan..
Sehingga aku lupa caranya menangis
Sehingga aku lupa caranya meratap
Karena aku selalu kenal air mata

Aku hanya ini tertawa
Sehingga hati aku mati rasa akan luka...

Selasa, 11 Juni 2013

Saya tahu diri kok saya itu ga cantik.

Saya tahu saya tidak cantik.. Tapi, walaupun saya tidak cantik, saya tetap ada kelebihan..
Kerana saya tidak cantik, saya tidak jadi mangsa gangguan lelaki-lelaki yang rosak akhlaknya.
Kerana saya tidak cantik, saya dapat pelihara diri saya daripada pandangan bernafsu lelaki yang tidak menjaga pandangannya.
Kerana saya tidak cantik, saya selamat daripada menjadi senjata iblis mencairkan iman lelaki.
Kerana saya tidak cantik, saya tidak mendapat fitnah dan cemburu daripada wanita-wanita lain.
Kerana saya tidak cantik, saya tidak mengharapkan pujian daripada mana-mana lelaki dan wanita.
Dan kerana saya tidak cantik, akhirnya saya menemui insan yang ikhlas mencintai saya seadanya.
Kerana saya tahu.. Saya tidak cantik pada pandangan manusia.. Maka saya akan berusaha agar kelihatan cantik pada ALLAH.. Kerana bukan kecantikan dunia yang saya kejar... Tapi KECANTIKAN di akhirat kelak..

Tahu Diri

Hai selamat bertemu lagi
Aku sudah lama menghindarimu
Sialku lah kau ada di sini
Sungguh tak mudah bagiku
Rasanya tak ingin bernafas lagi
Tegak berdiri di depanmu kini
Sakitnya menusuki jantung ini
Melawan cinta yang ada di hati
Dan upayaku tahu diri tak selamanya berhasil
‘pabila kau muncul terus begini
Tanpa pernah kita bisa bersama
Pergilah, menghilang sajalah lagi
Bye selamat berpisah lagi
Meski masih ingin memandangimu
Lebih baik kau tiada di sini
Sungguh tak mudah bagiku
Menghentikan segala khayalan gila
Jika kau ada dan ku cuma bisa
Meradang menjadi yang di sisimu
Membenci nasibku yang tak berubah
Dan upayaku tahu diri tak selamanya berhasil
‘pabila kau muncul terus begini
Tanpa pernah kita bisa bersama
Pergilah, menghilang sajalah lagi
Berkali-kali kau berkata kau cinta tapi tak bisa
Berkali-kali ku telah berjanji menyerah
Dan upaya ku tahu diri tak selamanya berhasil
Dan upaya ku tahu diri tak selamanya berhasil
‘pabila kau muncul terus begini
Tanpa pernah kita bisa bersama
Pergilah, menghilang sajalah
Pergilah, menghilang sajalah
Pergilah, menghilang sajalah lagi

Story Of Nuni

Cinta
Cinta yang membuat saya sempurna,bahagia,dan segalanya tapi, cinta kadang menyakitkan dengan cinta yang membuat saya menjadi termotivasi atau memberi penyemangat buat hal dalam pelajaran, cinta emang awalnya indah tapi tidak untuk diakhir kadang cinta merubah segalanya, tapi kadang cinta juga yang membuat saya hancur.
Aku selalu berfikir "kapan cinta itu indah pada waktunya" dan setelah aku pikir pikir "emang cinta bisa buat mereka mereka itu jadi bahagia?" aku sendiri ga ngerti apa itu cinta. tapi aku udah ngerasain apa yang namanya cinta, cinta itu indah dan indahnya itu diwaktu waktu tertentu
Aku sendiri kadang suka aneh "kenapa mesti ada cinta didunia ini?"

Sahabat
Sahabat datang dimna kita membutuhkannya dan sahabat itu segalannya bagi mereka mereka yang mempunyai sahabat, sahabat adalah orang yang kita percayai untuk menimpan curhatan curhatan hati para sahabat, tetapi kadang anehnya tuh orang yang kita percayai(sahabat) malah nusuk kita dari belakang(orang yang selama ini kita percayai malah ngecewain) sama seperti halnya yang lagi aku rasakan sekarang, mungkin aku tidak pantas mempunyai sahabat dan aku juga tidak pantas untuk menjadi sahabat yang baik, aku tau jadi sahabat yang baik itu susah harus. dan sahabat itu menurut aku indah juga pada waktunya enak diawal ga enak diakhir.

Keluarga
keluarga lah yang membuat saja bangkit dari semua masalah, termasuk ibu. ibu yang membuat saya selama ini menjadi seperti ini, dan ayah yang selalu memberi motivasi dan keluarga besar saya yang selalu menasehati saya seperti halnya cinta seperti tante yang selalu memberi tahu saya tentang cinta.

Cinta adalah sebuah emosi dari kasih sayang yang kuat dan ketertarikan pribadi. Dalam konteks filosofi cinta merupakan sifat baik yang mewarisi semua kebaikan, perasaan belas kasih dan kasih sayang. Pendapat lainnya, cinta adalah sebuah aksi/kegiatan aktif yang dilakukan manusia terhadap objek lain, berupa pengorbanan diri, empati, perhatian, kasih sayang, membantu, menuruti perkataan, mengikuti, patuh, dan mau melakukan apapun yang diinginkan objek tersebut.



Cinta tak butuh pengorbanan

Saya masih mengurusi luka yang tergores beberapa minggu yang lalu. Luka yang saya obati sendiri, dengan jemari saya sendiri, dengan perjuangan sendiri. Di hidup ini, harus ada yang datang dan pergi, agar saya paham arti singgah dan menetap. Di hidup ini, harus ada yang tinggal dan menghilang, agar saya tahu yang terbaik pastilah yang tetap tinggal dan tidak akan menghilang; kecuali jika Tuhan mengizinkan "kehilangan".

Saya tak tahu bahwa kebodohan saya bisa begitu berlipat ganda. Saya tak yakin jika ini semua saya lakukan karena saya mencintai dia. Rasanya sangat sulit melupakan sosok yang saya harapkan tetap tinggal tapi ternyata dia pergi. Sungguh sangat berat menghilangkan seseorang yang saya kira akan menetap tapi pada akhirnya dia pergi. Saya, sebagai manusia biasa, hanya bisa berharap pada setiap pertemuan, dan berdoa agar perpisahan tak cepat-cepat merenggut dia dari genggaman saya. Sebagai manusia yang serba terbatas, saya hanya mampu menjaga, saya tak tahu kapan ia akan pergi, kapan dia akan meninggalkan saya.

Perkenalan yang saya pikir akan berujung bahagia ternyata berakhir dengan siksa. Sekarang, saya tak lagi menangisi kehilangan, saya hanya bingung mengapa pertemuan yang begitu singkat bisa memunculkan kesan yang mendalam. Kadang, saya tak sadar, bahwa ketika bibir seseorang mengucap "Hai" sebenarnya saat itu juga saya harus siap pada banyak risiko; risiko kehilangan. Dunia ini penuh teka-teki, sebagai manusia yang mencoba menjawab dengan perasaan dan otak yang terbatas, kadang saya hanya bisa menangkap isyarat-isyarat kecil saja.

Dengan membawa sisa hati yang remuk, saya disadarkan oleh kicauan Sudjiwo Tedjo, salah satu sosok yang saya kagumi. Jemarinya yang ajaib menulis "Cinta tak perlu pengorbanan. Saat kamu mulai berasa berkorban, saat itu juga cintamu mulai pudar." Ah, betapa kalimat ini begitu menyentak saya. Memang, seringkali ketika berbuat untuk seseorang, manusia menyebut hal itu adalah pengorbanan. Begitu juga ketika saya mencintai dia. Saya tak tahu pasti apakah saya memang berkorban untuk dia atau sakit hati saya terlalu besar, hingga pada akhirnya, setelah saya dan dia tak lagi bersama, saya menyatakan diri bahwa saya telah berkorban banyak untuknya. Apakah cinta saya pudar? Oh, betapa manusia berbeda dengan Tuhan, yang tak pernah ungkit-ungkit pengorbananNya di kayu salib, yang tak pernah bilang betapa sakitnya lambung yang ditusuk dengan tombak, dan betapa perihnya mahkota duri yang tersemat di kepala.

Saya sedang merapikan hati saya yang patah. Mencoba menyambungkan mozaik-mozaik yang terlepas karena kebodohan saya sendiri. Lalu, saya berpikir sekali lagi, apakah benar cinta saya padanya telah pudar? Iya, sekarang sudah pudar, karena pada akhirnya saya merasa berkorban untuknya. Pada akhirnya, saya, yang sedang berusaha menghilangkan cinta, mengingat banyak perbuatan, yang (tiba-tiba) saya sebut pengorbanan. Apakah cinta saya tak tulus?

Pengorbanan biasanya dilakukan meskipun kamu kesakitan. Tapi, ketika jatuh cinta; ketika kaumasih terbangun tengah malam hanya untuk mendengar suaranya, saat kaumenunggunya menyelesaikan tugas, manakala pesan singkatnya kaunanti— kautak pernah merasa disakiti. Semua dilakukan atas dasar cinta, kaumencintainya maka kaubersedia menunggunya. Kaumencintainya, maka kauizinkan dirimu terus menanti, meskipun pada akhirnya dia tak menjadikanmu tujuan. Bukankah air matamu untuknya tetap kaupandang sebagai keindahan, kaumenangis karena mencintainya, bukan karena kaumerasa berkorban.

Lucu, ya, betapa kata pengorbanan yang sering kita anggap sepele ternyata bisa begitu magis ketika digali. Saya sudah sering disakiti begini. Sudah tahu rasanya dicintai, namun pada akhirnya dia memilih pergi bersama teman saya sendiri. Sudah tahu rasanya diterbangkan tinggi, namun tiba-tiba dihempaskan begitu saja. Lantas, walaupun kita seringkali merasa disakiti, mengapa rasa sakit itu tak pernah membuat kita kapok untuk jatuh cinta lagi?

Betapa kekuatan cinta bisa membebaskan kita dalam banyak hal, melupakan "rasa sakit" yang seringkali diucapkan orang-orang sekitar kita, ketika mereka menasehati; bahwa segalanya harus diakhiri. Ya, cinta soal keikhlasan, tak pernah merasa berkorban. Cinta tak butuh alasan, karena ketika pada akhirnya tak lagi kautemukan alasan untuk mencintainya, maka cintamu pudar. 


Cinta tak butuh pengorbanan. Apapun yang kaulakukan untuknya adalah dasar karena kauinginkan dia bahagia. Termasuk ketika kauikhlaskan dia untuk sahabatmu. Termasuk ketika kaubiarkan ia pergi, namun wirid dan ucap doamu masih mengiringinya. Pun, ketika kauantarkan dia ke masjid untuk salat jumat, meskipun ibadah wajibmu kaulakukan pada hari Selasa.
#Dwitasari.

Kamis, 16 Mei 2013

"love story through a close friend"

Seketika aku meminjam sebuah handphone, handphone itu milik teman saya yang bernama Reno(nama samaran) dan aku pun melihat lihat kontak bbmnya dia entah kenapa akupun berhenti pada suatu kontak yang bernama Arief(nama samaran) dan aku pun bertanya pada Reno

Nuni: “Reno ini siapa? Kok ganteng? Hiwww;;)”
(biasalah anak muda zaman sekarang carinya yang ganteng-ganteng)
Reno: oh itu, itu mah sih si arief temen urang
Nuni : ”oh temen kamu, engga sih cuman ganteng doang”

Tiba tiba ayu datang menghampiri kami berdua. Seketika ayu bertanya pada madit

Ayu: “reno, ini siapa? Kok ganteng?
Reno: oh itu temen, kenapa?
Ayu : engga sih nanya aja,keliatannya pasti sholeh,baik, pinter ya?hehe
Lalu datang nuni ga datang sih cuman ada disebelah wkwk
Nuni : beh.. parah si ayu tukang tikung wae euy..

Awalnya sih aku yang suka sama arief ehh taunya ayu juga suka yasudah saya ngalah=))
Ga lama kemudian reno pun ngenalin mereka berdua, dan akhirnya mereka saling tukeran pin dan BBM man, pada suatu ketika arief ngajak ketemuan

Arief : ketemuan yoo?
Ayu: ayo, dimana?
arief: yang deket deket aja deh
Ayu: iya, maunya dimana?
Arief: yaudah dimtc aja yo, aku bawa ariefJ
Ayu: yaudah okey, aku juga bawa temen ya
Lalu, ayupun langsung ngeBBM salah satu temannya yang bernama nuni
Ayu: nun, anter yu?
Nuni: kemana?
Ayu: arief ngajak ketemu, temenin yuk..
Nuni: ayo, kapan?
Ayu: minggu tanggal 09-12-12
Nuni: yaudah ayo, mau jam brapa?
Ayu: nanti pokoknya aku krmh kamu.
Nuni okey ;)

*minggu , 09-12-12*
Ayu: nun jemput

Ketika ayu lama menunggu datanglah seorang perempuan yang tampaknya rada gila, ayu pun meresa aneh dengan orang itu, dan segera bergegas lari menuju rumah nuni
Tibalah ayu dirumah nuni

Ayu: nuuuuuuniiiiiii!!!!!!
Nuni: ya masuk..
Ayu: ihh lama banget sih akuudh nunggu didpn, hampir aja aku diamuk orang gila!
Nuni: hahahaha=))
Ayu: malah ketamwa, hayu ah cepet
Nuni: cepet mau kemana? Buru buru amat udah ga sabar ya ketemu arief=))
Ayu: bukan ih, cuman mereka udah ada disna dan udah nunggu kita lama
Nuni: iya ayoo.. ayoo

Kemudian sesampainya disana ayu merasakan detak jantung yang berdebar

Ayu: yaudah langsng kfc aja yu..
Nuni: ayooo, tapi jajanin aku ya..
Ayu: iya ayooo ahh
Nuni: beda banget yang mau ketemu sama cowo mah, asa rada rada baik wkwk;d
Ayu: ah kamu bisa aja

Sesampaimpainya dikfc temannya arief yang bernama reno nyamperin kita, dan kita disuruh duduk diluar tapi kitanya malah gamau

Reno: yu, hayu keluar itu ariefnya ada diluar
Ayu: gamau ah ren, disini aja didalem, ajak temen kamunya suruh kesini..
Nuni: lagian diluarnya juga panas ren..
Reno: okey, bentar ya aku ke luar dulu..
Ayu: kita duduk disebelah situ ya..
Reno pun keluar menemui arief dan memanggilnya ,Dan mereka pun datang menghampiri kita berdua
Nuni : Ammmmmmmpuuunnnnnn... ayuu gantengg bangetttttttt....
Ayu: Nunnnnnnn ga bisa ngomongg, gila gantenggggggg....

Kita langsung duduk setelah mengambil posisinya masing masing ayu pun duduk sebaris dengan arief, dan nuni bersama reno
Merekaa disitu bukannya kenalan, tapi malah pada diem, dan reno pun menyuruh ayu untuk memesankan kan makanan karna reno sudah kelaparan wkwk

Reno: yuu, beliiin aku twisty sama mocca float
Ayu: hemm....
Reno: pesenin 2 buat si arief
Ayu: ya..

Ayu dan nuni pun ngantri untuk membeli makanan yang dipesan tadi reno
Makanan pun sudah kita beli dan kita segera kembali ke tempat duduk  yang tadi
Tidak lama kemudian si reno saking kelaparannya tuh makanan langsung habis..
Dan arief pun ngajak kita ke bip namun nuni menolaknya karna nuni gabawa helm.

Arief: ren, kita ke bip yuu
Reno: aku sih terserah mereka aja.. mau ga nun,yu?
Ayu: hayu aja sih aku mah
Nuni: kayanya engga dehh, aku gabawa helm soalnya
Arief : yaudah, kita jalan jalan keluar aja bosen aku disini terus
Reno,ayu,nuni: ayooo..

Dan merekapun segera pergi keluar, dan disitu tuh kita ngelilingin tokok sesampainya ditengah toko disitu tuh ada pameran motor kawasaki reno dan arief pun kesana dengan melihat lihat motor yang ada disana. Galama kemudian reno pun memanggil nuni

Reno: Nun, sini dulu deh. Itu arief mau ngomong berdua sama ayu
Nuni: ohh, okeyy

Galama kemudian ayu dan arief segera pergi gatau kemana..
Dan arief ngomong ke ayu kalau arief suka sama ayu

Arief:I would not be a girlfriend?
Ayu: (ayupun ga bisa ngomong apa apa disitu dan akhirnya ayupun mejawab..) hemmm.......... i......yaaaaaaa akuu mau
Arief: beneran????
Ayu: iya beneran..
Arief: aslii...
Ayu: iya ihhh
Arief: tapi gapapa jauh..
Ayu: iya gapapa atuhh..
Arief: gapapa, jarang ketemu???
Ayu : iya ihh bawell, dehh..
Arief: aslinya, mau???? Tapi gapapakan jauh, jarang ketemu lohh.. seminggu sekali aja engga
Ayu: iya ih gapapa.. gapapa...

Nah kemudian ayu dan arief segera kembali ketempat pameran motor tadi, dan tiba tiba nuni menghilang entah kemana.. dan ayu pun menanyakan pada reno

Ayu: ren, si nuni kemana?
Reno: digiwing ucing wkwk
Ayu: serius ihh..
Reno: mana aku tau yu tdi dia diem disitu tapi setelah aku liat lagi dia menghilang entah kemana..
Ayu: ohh gitu..
Ayu pun segera ngebmm nuni menanyakan nuni ada dimana
Ayu: nun kmu dimana?
Ayu: PING!!!
Ayu: PING!!!
Nuni: aku dibawah yuu..
Ayu: sinii ih aku mau ceritaaa

Galama kemudian nuni pun datang menghampiri mereka yang ada di pameran motor tadi

Nuni: ada cerita apa yuuu???
Ayu: AKU JADIAN DONG!!! KAMU HARUS TAU ITU...
Nuni: wawwww, kapann??
Ayu: tadiiii, yaampunn maygad berasa mimpi bangett nih
Ayu: aaaaaaaaaaaaaaaa
Nuni: yaudahlah selamat aja ya semoga cinta kalian tetap abadi sampai akhir hayat *Lol
Ayu: lebay banget, biasa aja kalee..

Mereka pun berpisah, mereka pulang masing masing dan ayupun berpamitan dengan arief

Ayu: yaudah aku pulangg duluan ya dadah {}
Arief : yaudah hati-hati:*


Cinta mereka pun bersemi
Cukup sekian dulu deh nanti lanjutannya kok, tunggu season ke 2 ya;)

Can you imagine it were me?


Kamu pernah menjadi bagian hari-hariku. Setiap malam, sebelum tidur, kuhabiskan beberapa menit untuk membaca pesan singkatmu. Tawa kecilmu, kecupan berbentuk tulisan, dan canda kita selalu membuatku tersenyum diam-diam. Perasaan ini sangat dalam, sehingga aku memilih untuk memendam.

Jatuh cinta terjadi karena proses yang cukup panjang, itulah proses yang seharusnya aku lewati secara alamiah dan manusiawi. Proses yang panjang itu ternyata tak terjadi, pertama kali melihatmu; aku tahu suatu saat nanti kita bisa berada di status yang lebih spesial. Aku terlalu penasaran ketika mengetahui kehadiranmu mulai mengisi kekosongan hatiku. Kebahagiaanku mulai hadir ketika kamu menyapaku lebih dulu dalam pesan singkat. Semua begitu bahagia.... dulu.

Aku sudah berharap lebih. Kugantungkan harapanku padamu. Kuberikan sepenuhnya perhatianku untukmu. Sayangnya, semua hal itu seakan tak kaugubris. Kamu di sampingku, tapi getaran yang kuciptakan seakan tak benar-benar kaurasakan. Kamu berada di dekatku, namun segala perhatianku seperti menguap tak berbekas. Apakah kamu benar tidak memikirkan aku? Bukankah kata teman-temanmu, kamu adalah perenung yang seringkali menangis ketika memikirkan sesuatu yang begitu dalam? Temanmu bilang, kamu melankolis, senang memendam, dan enggan bertindak banyak. Kamu lebih senang menunggu. Benarkah kamu memang menunggu? Apalagi yang kautunggu jika kausudah tahu bahwa aku mencintaimu?

Tuan, tak mungkin kautak tahu ada perasaan aneh di dadaku. Kekasihku yang belum sempat kumiliki, tak mungkin kautak memahami perjuangan yang kulakukan untukmu. Kamu ingin tahu rasanya seperti aku? Dari awal, ketika kita pertama kali berkenalan, aku hanya ingin melihatmu bahagia. Senyummu adalah salah satu keteduhan yang paling ingin kulihat setiap hari. Dulu, aku berharap bisa menjadi salah satu sebab kautersenyum setiap hari, tapi ternyata harapku terlalu tinggi.

Semua telah berakhir. Tanpa ucapan pisah. Tanpa lambaian tangan. Tanpa kaujujur mengenai perasaanmu. Perjuanganku terhenti karena aku merasa tak pantas lagi berada di sisimu. Sudah ada seseorang yang baru, yang nampaknya jauh lebih baik dan sempurna daripada aku. Tentu saja, jika dia tak sempurna—kautak akan memilih dia menjadi satu-satunya bagimu.

Setelah tahu semua itu, apakah kamu pernah menilik sedikit saja perasaanku? Ini semua terasa aneh bagiku. Kita yang dulu sempat dekat, walaupun tak punya status apa-apa, meskipun berada dalam ketidakjelasan, tiba-tiba menjauh tanpa sebab. Aku yang terbiasa dengan sapaanmu di pesan singkat harus (terpaksa) ikhlas karena akhirnya kamu sibuk dengan kekasihmu. Aku berusaha memahami itu. Setiap hari. Setiap waktu. Aku berusaha meyakini diriku bahwa semua sudah berakhir dan aku tak boleh lagi berharap terlalu jauh.

Tuan, jika aku bisa langsung meminta pada Tuhan, aku tak ingin perkenalan kita terjadi. Aku tak ingin mendengar suaramu ketika menyebutkan nama. Aku tak ingin membaca pesan singkatmu yang lugu tapi manis. Sungguh, aku tak ingin segala hal manis itu terjadi jika pada akhirnya kamu menghempaskan aku sekeji ini.

Kalau kauingin tahu bagaimana perasaanku, seluruh kosakata dalam miliyaran bahasa tak mampu mendeskripsikan. Perasaan bukanlah susunan kata dan kalimat yang bisa dijelaskan dengan definisi dan arti. Perasaan adalah ruang paling dalam yang tak bisa tersentuh hanya dengan perkatan dan bualan. Aku lelah. Itulah perasaanku. Sudahkah kaupaham? Belum. Tentu saja. Apa pedulimu padaku? Aku tak pernah ada dalam matamu, aku selalu tak punya tempat dalam hatimu.

Setiap hari, setiap waktu, setiap aku melihatmu dengannya; aku selalu berusaha menganggap semua baik-baik saja. Semua akan berakhir seiring berjalannya waktu. Aku membayangkan perasaanku yang suatu saat nanti pasti akan hilang, aku memimpikan lukaku akan segera kering, dan tak ada lagi hal-hal penyebab aku menangis setiap malam. Namun.... sampai kapan aku harus terus mencoba?

Sementara ini saja, aku tak kuat melihatmu menggenggam jemarinya. Sulit bagiku menerima kenyataan bahwa kamu yang begitu kucintai ternyata malah memilih pergi bersama yang lain. Tak mudah meyakinkan diriku sendiri untuk segera melupakanmu kemudian mencari pengganti.

Seandainya kamu bisa membaca perasaanku dan kamu bisa mengetahui isi otakku, mungkin hatimu yang beku akan segera mencair. Aku tak tahu apa salahku sehingga kita yang baru saja kenal, baru saja mencicipi cinta, tiba-tiba terhempas dari dunia mimpi ke dunia nyata. Tak penasarankah kamu pada nasib yang membiarkan kita kedinginan seorang diri tanpa teman dan kekasih?

Aku menulis ini ketika mataku tak kuat lagi menangis. Aku menulis ini ketika mulutku tak mampu lagi berkeluh. Aku mengingatmu sebagai sosok yang pernah hadir, meskipun tak pernah benar-benar tinggal. Seandainya kautahu perasaanku dan bisa membaca keajaiban dalam perjuanganku, mungkin kamu akan berbalik arah—memilihku sebagai tujuan. Tapi, aku hanya persinggahan, tempatmu meletakan segala kecemasan, lalu pergi tanpa janji untuk pulang.

Semoga kautahu, aku berjuang, setiap hari untuk melupakanmu. Aku memaksa diriku agar membencimu, setiap hari, ketika kulihat kamu bersama kekasih barumu. Aku berusaha keras, setiap hari, menerima kenyataan yang begitu kelam.

Bisakah kaubayangkan rasanya jadi orang yang setiap hari terluka, hanya karena ia tak tahu bagaimana perasaan orang yang mencintainya? Bisakah kaubayangkan rasanya jadi aku yang setiap hari harus melihatmu dengannya?

Bisakah kaubayangkan rasanya jadi seseorang yang setiap hari menahan tangisnya agar tetap terlihat baik-baik saja?

Kamu tak bisa. Tentu saja. Kamu tidak perasa.

Rabu, 15 Mei 2013

Perpisahan itu...


"Aku masih merasakan udara yang sama. Masih berdiam ditempat yang sama. Tapi yang kurasakan tak lagi sama, kesunyiaan ini bernama tanpamu."

Sebenarnya, aku tidak pernah ingin semuanya berakhir. Saat semua terancang dengan hebat dan sempurna, saat perhatian-perhatian kecil itu menjelma menjadi candu rindu yang menancapkan getar-getar bahagia. Tapi, bukankah prediksi manusia selalu terbatas? Aku tidak bisa terus menahan dan mengubah sesuatu yang mungkin memang harus terjadi. Perpisahan harus terjadi, untuk pertemuan awal yang pasti akan memunculkan perasaan bahagia itu lagi.

Tidak dipungkiri dan aku tak harus menyangkal diri, bahwa selama rentan waktu tanpamu, aku merasa ada sesuatu yang hilang. Ketika pagi, kamu menyapaku dengan lembutnya. Saat siang, kamu sekedar mengingatkan untuk tidak terlambat makan. Saat sore, kamu menyapaku lagi, bercerita tentang hari-harimu, lelahmu dan bahagiamu pada hari itu. Saat malam, kamu menjerat pikiranku untuk berfokus pada suaramu yang mengalun lembut melewati lempengan-lempengan dingin handphoneku. Dan aku rindu, rindu semua hal yang bisa kita lalui hingga terasa waktu terlalu cepat berlalu saat kita melaluinya bersama.

Dan, akhirnya perpisahan itu tiba. Sesuatu yang selalu kita benci kedatangannya tapi harus selalu kita lewati tanpa kita tahu kapan itu akan terjadi. Dengan segala ketidaksiapan yang menggerogotiku, aku tetap harus melepaskanmu. Kau temukan jalanmu, aku temukan jalanku. Kita bahagia dalam jalan kita masing-masing. Kamu berpegang pada prinsipmu, aku berpegang pada perasaanku. Kita berbeda dan memang tak harus berjalan beriringan.

Semua berjalan dengan cepat. Sapa manjamu, tawa renyahmu, cerita lugumu, dan segala hal yang membuat otakku penuh karenamu. Dan, aku harus membuang dan menghapus itu semua dari memori otakku agar kamu  tak lagi mengendap-endap masuk ke dalam hatiku, lalu membuat kenangan itu menjadi nyata dan kembali menjadi realita. Mari mengikhlaskan, setelah ini akan ada pertemuan yang lebih menggetarkan hatimu dan hatiku, akan ada seseorang yang masuk ke dalam hidupmu dan hidupku, dia akan menjadi alasan terbesar saat doa terucap lalu aku dan kamu menyisipkan namanya. Selamat menemukan jalanmu. 

Percayalah, bahwa perpisahan ini untuk membaikan hidupmu dan hidupku, bahwa setelah perpisahan ini akan ada rasa bahagia bertubi-tubi yang mengecupmu dengan seringnya. Percayalah bahwa pertemuan kita tidak sia-sia. Aku banyak belajar darimu dan aku berharap kau juga mengambil pelajaran dari pertemuan singkat ini. Semua butuh proses dan waktu saat kamu harus kehilangan sesuatu yang terbiasa kau rasakan. Baik-baik ya :)

Jika kebohonganmu membayangi langkah ku!:)


Aku takut untuk mengetahui kenyataan yang ada, walau tatapan mata itu, seruan kelu bibirmu, dan janji manismu hanyalah dongeng yang enggan menyentuh cerita akhir. Aku tahu hari-hari bergulir begitu jahat, hingga sentuhanmu yang sebenarnya lembut terasa begitu kasar oleh indraku. Tak ada kebahagiaan yang mengamit relungku, ketika kulitmu bersentuhan dengan kulitku. Tak ada senyuman, hanya ada tatapan heran.

Kenapa harus aku?

Sungguh, aku sempat memercayai retorika yang melekat dalam pertemuan kita. Jiwaku mengalir bersama kehadiranmu yang perlahan-lahan mengisi lalu meluap. Ada decak bahagia kala itu. Ketika kepolosan wajahmu memunculkan perhatianku. Ada kejujuran yang mengatur setiap pertemuan kita. Sungguh tak ada rekayasa. Sungguh tak ada kebohongan.

Tapi, mengapa sekarang semua terasa berbeda?

Namun, seiring berjalannya waktu, entah mengapa kautelah mengubah diriku menjadi seseorang yang bahkan tidak kukenal. Bahkan perasaanku seakan kaupasangi sensor pengatur, agar aku bisa kausakiti, agar aku bisa kaulukai. Kejujuran itu berubah menjadi rasa sakit yang lukanya tak terjamah olehmu. Kebahagiaan awal pertemuan kita seakan-akan telah hilang dan takkan pernah terulang.

Mengapa harus aku? Lagi dan lagi.

Rasanya aku tak berdaya ketika tanganmu membekas merah di pipiku. Seperti lidahku di gondol kucing, ketika amarahmu memecahkan beberapa piring. Aku terdiam saat kebencianmu menghambur lewat bibirmu. Aku seperti patung yang bahkan tak mampu menggerakan tubuhnya. Aku hanya merindukan kamu yang dulu. Dan... kenyataan pahit yang harus kuterima, bahwa dirimu yang dulu tak akan pernah kembali.

Kebohonganmu, terlihat biasa di mataku. Arogansimu adalah makanan sehari-hariku. Kaulatih aku menjadi wanita buta rasa, yang bahkan tak bisa membandingkan mana luka dan mana bahagia. Tak ada bahagia dalam semestamu, tapi entah mengapa aku tak dapat lepas dari jerat itu. Aku terlampau lumrah dengan arogansimu. Aku terlalu menganggap sederhana tamparan dan makianmu itu.

Aku terlalu sering disakiti, mungkin itulah sebabnya perasaanku mati. Bahkan aku hanya mampu berdiam diri, ketika kutahu kau telah membagi hati, untuk seseorang (yang menurutmu) lebih baik dariku. 

Betapapun kamu tak mengerti, bahwa aku membunuh diriku sendiri hanya untuk membuatmu hidup dan bernapas.

Aku tak minta banyak, Tuhan


Tuhan... selamat pagi, atau selamat siang, dan selamat malam. Aku tak tahu di surga sedang musim apa, penghujan atau kemaraukah? Ataukah mungkin sekarang sedang turun salju? Pasti indah. Kalau boleh berbincang sedikit, aku belum pernah melihat salju. Mungkin, kalau aku sudah cukup dewasa dan sudah bisa menghasilkan uang sendiri, aku akan bisa menyaksikan salju, dengan mata kepalaku sendiri.

Aku tahu Kamu tak pernah sibuk. Aku tahu Kamu selalu mendengar isi hatiku meskipun Kamu tak segera memberi pukpuk di bahuku. Aku tak perlu curiga padaMu, soal Kamu mendengar doaku atau tidak. Aku percaya telingaMu selalu tersedia untuk siapapun yang percaya padaMu. Aku yakin pelukanMu selalu terbuka bagi siapapun yang lelah pada dunia yang membuatnya menggigil. Aku mengerti tanganMu selalu siap menyatukan kembali kepingan-kepingan hati yang patah.

Masih tentang hal yang sama, Tuhan. Aku belum ingin ganti topik. Tentang dia. Seseorang yang selalu kuperbicangkan sangat lama bersamaMu. Seseorang yang selalu kusebut dalam setiap frasa kata ketika aku bercakap panjang denganMu.

Aku sudah tahu, perpisahan yang Kauciptakan adalah sesuatu yang terbaik untukku. Aku mengerti kalau Kamu sudah mempersiapkan seseorang yang jauh lebih baik darinya. Tapi... bukan berarti aku harus absen menyebut namanya dalam doaku bukan?

Nah... kalau yang ini, aku juga sudah tahu. Dia sudah menemukan penggantiku, entah lebih baik atau lebih buruk dariku. Atas alasan apapun, aku harus turut bahagia mendengar berita itu, karena ia tak perlu merayakan kesedihannya seperti yang aku lakukan beberapa hari terakhir ini. Seiring mendapatkan penggantiku, ia tak perlu merasa galau ataupun merasa kehilangan. Sungguh... aku tak pernah ingin dia merasakan sakit seperti yang kurasakan, Tuhan. Aku tak pernah tega melihat kecintaanku terluka seperti luka yang belum juga kering di dadaku. Aku hanya ingin kebahagiaannya terjamin olehMu, dengan atau tanpaku.

Tolong kali ini jangan tertawa, Tuhan. Aku tentu saja menangis, dadaku sesak ketika tahu semua berlalu begitu cepat. Apalagi ketika dia menemukan penggantiku hanya dalam hitung jam. Aku memang tak habis pikir. Padahal, aku sedang menikmati perasaan bahagia yang meletup pelan-pelan itu. Bukannya ingin berpikiran negatif, tapi ternyata setiap manusia punya topengnya masing-masing. Ia berganti-ganti peran sesukanya. Sementara aku belum cukup cerdas untuk mengerti wajah dan kenampakan aslinya. Aku hanya melihat segala hal yang ia tunjukkan padaku, tanpa pernah tahu apa yang sebenarnya ada dalam hatinya.
Aku tidak tahu bagaimana kabarnya sekarang. Bagaimana hubungannya dengan kekasih barunya. Aku tak terlalu ingin mengurusi hal itu. Aku yakin dia pasti bahagia, karena begitu mudah mendapatkan penggantiku. 

Aku percaya dia sedang dalam titik jatuh cinta setengah mati pada kekasih barunya, dan tidak lagi membutuhkan aku dalam helaan napasnya. Permintaan yang sama seperti kemarin, Tuhan. Jagalah kebahagiaannya untukku. Bahagiakan dia untukku. Senyumnya adalah segalanya yang kuharapkan. Bahkan, aku rela menangis untuknya agar ada lengkungan senyum di bibirnya. Aku ingin lakukan apapun untuknya, tanpa melupakan rasa cintaku padaMu. Aku memang tak menyentuhnya. Tapi... dalam jarak sejauh ini, aku bisa terus memeluknya dalam doa.

Pernah terpikir agar aku bisa terkena amnesia dan melupakan segala sakit yang pernah kurasa. Agar aku tak pernah merasa kehilangan dan tak perlu menangisi sebuah perpisahan. Rasanya hidup tak akan terlalu rumit jika setiap orang mudah melupakan rasa sakit dan hanya mengingat rasa bahagia. Namun... aku tahu hidup tak bisa seperti itu, Tuhan. Harus ada rasa sakit agar kita tahu rasa bahagia. Tapi, bagiku rasa sakit yang terlalu sering bisa membuat seseorang menikmati yang telah terjadi. Itu dalam persepsiku lho, Tuhan. Kalau pendapatMu berbeda juga tak apa-apa.

Aku memang tak perlu meratap, karena sepertinya ia bahagia bersama kekasih barunya. Ia pasti telah menemukan dunia baru yang indah dan menyenangkan. Aku turut senang jika hal itu benar, kembali pada bagian awal, Tuhan. Aku tak pernah ingin dia merasakan sakitnya perpisahan, seperti yang aku rasakan.

Akhir percakapan, aku tidak minta agar dia segera putus dari kekasihnya, atau hubungan mereka segera kandas di tengah jalan. Aku hanya minta agar ia sembuh dari maag akutnya. Agar ia terhindar dari vertigo parahnya. Agar muntah darahnya berhenti ketika tubuhnya kelelahan. Semoga kekasihnya mengerti betul penyakitnya seperti aku mengerti rasa sakitnya.

Kembali pada bagian awal. Aku hanya ingin ia bahagia. Cukup.

Belajar Melepaskan


Kamu mengenalkan namamu begitu saja, uluran tanganmu dan suara lembutmu berlalu tanpa pernah kuingat-ingat. Awalnya, semua berjalan sederhana. Kita bercanda, kita tertawa, dan kita membicarakan hal-hal manis; walaupun segala percakapan itu hanya tercipta melalui pesan singkat— BBM. Perhatian yang mengalir darimu dan pembicara manis kala itu hanya kuanggap sebagai hal yang tak perlu dimaknai dengan luar biasa.
Kehadiranmu membawa perasaan lain. Hal berbeda yang kamu tawarkan padaku turut membuka mata dan hatiku dengan lebar. Aku tak sadar, bahwa kamu datang memberi perasaan aneh. Ada yang hilang jika sehari saja kamu tak menyapaku melalui dentingan chat BBM. Setiap hari ada saja topik menarik yang kita bicarakan, sampai pada akhirnya kita berbicara hal paling menyentuh; cinta.
Kamu bercerita tentang mantan kekasihmu dan aku bisa merasakan perasaan yang kaurasakan. Aku berusaha memahami kerinduanmu akan perhatian seorang wanita. Sebenarnya, aku sudah memberi perhatian itu tanpa kauketahui. Mungkinkah perhatianku yang sering kuberikan tak benar-benar terasa olehmu? Aku mendengar ceritamu lagi. Hatiku bertanya-tanya, seorang pria hanya menceritakan perasaannya pada wanita yang dianggap dekat.
Aku bergejolak dan menaruh harap. Apakah kausudah menganggap aku sebagai wanita spesial meskipun kita tak memiliki status dan kejelasan? Senyumku mengembang dalam diam, segalanya tetap berjalan begitu saja, tanpa kusadari bahwa cinta mulai menyeretku ke arah yang mungkin saja tak kuinginkan.
Saat bertemu, kita tak pernah bicara banyak. Hanya sesekali menatap dan tersenyum penuh arti. Ketika berbicara di BBM, kita begitu bersemangat, aku bisa merasakan semangat itu melalui tulisanmu. Sungguh, aku masih tak percaya segalanya bisa berjalan secepat dan sekuat ini. Aku terus meyakinkan diriku sendiri, bahwa ini bukan cinta. Ini hanya ketertarikan sesaat karena aku merasakan sesuatu yang baru dalam hadirmu. Aku berusaha memercayai bahwa perhatianmu, candaanmu, dan caramu mengungkapkan pikiranmu adalah dasar nyata pertemanan kita. Ya, sebatas teman, aku tak berhak mengharapkan sesuatu yang lebih.
Aku tak pernah ingin mengingat kenangan sendirian. Aku juga tak ingin merasakan sakit sendirian. Tapi, nyatanya....
Perasaanku tumbuh semakin pesat, bahkan tak lagi terkendalikan. Siapakah yang bisa mengendalikan perasaan? Siapakah yang bisa menebak perasaan cinta bisa jatuh pada orang yang tepat ataupun salah? Aku tidak sepandai dan secerdas itu. Aku hanya manusia biasa yang merasakan kenyamanan dalam hadirmu. Aku hanya wanita yang takut kehilangan seseorang yang tak pernah aku miliki.
Salahku memang jika mengartikan tindakanmu sebagai cinta. Tapi, aku juga tak salah bukan jika berharap bahwa kamu juga punya perasaan yang sama? Kamu sudah jadi sebab tawa dan senyumku, aku percaya kautak mungkin membuatku sedih dan kamu tak akan jadi sebab air mataku. Aku percaya kamulah kebahagiaan baru yang akan memberiku sinar paling terang. Aku sangat memercayaimu, sangat! Dan, itulah kebodohan yang harus kusesali.
Ternyata, ketakutanku terjawab sudah, kamu menjauhiku tanpa alasan yang jelas. Kamu pergi tanpa ucapan pisah dan pamit. Aku terpukul dengan keputusan yang tak kausampaikan padaku, tapi pantaskah aku marah? Aku tak pernah jadi siapa-siapa bagimu, mungkin aku hanya persinggahan; bukan tujuan. Kalau kauingin tahu, aku sudah merancang berbagai mimpi indah yang ingin kuwujudkan bersamamu. Mungkin, suatu saat nanti, jika Tuhan izinkan, aku percaya kita pasti bisa saling membahagiakan.
Aku tak punya hak untuk memintamu kembali, juga tak punya wewenang untuk memintamu segera pulang. Masih adakah yang perlu kupaksakan jika bagimu aku tak pernah jadi tujuan? Tidak munafik, aku merasa kehilangan. Dulu, aku terbiasa dengan candaan dan perhatian kecilmu, namun segalanya tiba-tiba hilang menguap, bagai asap rokok yang hilang ditelan gelapnya malam.
Sesungguhnya, ini juga salahku, yang bertahan dalam diam meskipun aku punya perasaan yang lebih dalam dan kuat. Ini bukan salahmu, juga bukan kesalahannya. Tapi, tak mungkin matamu terlalu buta dan hatimu terlalu cacat untuk tahu bahwa aku mencintaimu.
Aku harus belajar tak peduli. Aku harus belajar memaafkan, juga merelakan.

#DwiSari:)

mungkin, aku yang terlalu berharap


Rasanya semua terjadi begitu cepat, kita berkenalan lalu tiba-tiba merasakan perasaan yang aneh. Setiap hari rasanya berbeda dan tak lagi sama. Kamu hadir membawa banyak perubahan dalam hari-hariku. Hitam dan putih menjadi lebih berwarna ketika sosokmu hadir mengisi ruang-ruang kosong di hatiku. Tak ada percakapan yang biasa, seakan-akan semua terasa begitu ajaib dan luar biasa. Entahlah, perasaan ini bertumbuh melebihi batas yang kutahu.

Aku menjadi takut kehilangan kamu. Siksaan datang bertubi-tubi ketika tubuhmu tidak berada di sampingku. Kamu seperti mengendalikan otak dan hatiku, ada sebab yang tak kumengerti sedikitpun. Aku sulit jauh darimu, aku membutuhkanmu seperti aku butuh udara. Napasku akan tercekat jika sosokmu hilang dari pandangan mata. Salahkah jika kamu selalu kunomorsatukan?

Tapi... entah mengapa sikapmu tidak seperti sikapku. Perhatianmu tak sedalam perhatianku. Tatapan matamu tak setajam tatapan mataku. Adakah kesalahan di antara aku dan kamu? Apakah kamu tak merasakan yang juga aku rasakan?

Kamu mungkin belum terlalu paham dengan perasaanku, karena kamu memang tak pernah sibuk memikirkanku. Berdosakah jika aku seringkali menjatuhkan air mata untukmu? Aku selalu kehilangan kamu, dan kamu juga selalu pergi tanpa meminta izin. Meminta izin? Memangnya aku siapa? Kekasihmu? Bodoh! Tolol! Hadir dalam mimpimu pun aku sudah bersyukur, apalagi bisa jadi milikmu seutuhnya. Mungkinkah? Bisakah?

Janjimu terlalu banyak, hingga aku lupa menghitung mana saja yang belum kamu tepati. Begitu sering kamu menyakiti, tapi kumaafkan lagi berkali-kali. Lihatlah aku yang hanya bisa terdiam dan membisu. Pandanglah aku yang mencintaimu dengan tulus namun kau hempaskan dengan begitu bulus. Seberapa tidak pentingkah aku? Apakah aku hanyalah persimpangan jalan yang selalu kau abaikan – juga kautinggalkan?

Apakah aku tak berharga di matamu? Apakah aku hanyalah boneka yang selalu ikut aturanmu? Di mana letak hatimu?! Aku tak bisa bicara banyak, juga tak ingin mengutarakan semua yang terlanjur terjadi. Aku tak berhak berbicara tentang cinta, jika kauterus tulikan telinga. Aku tak mungkin bisa berkata rindu, jika berkali-kali kauciptakan jarak yang semakin jauh. Aku tak bisa apa-apa selain memandangimu dan membawa namamu dalam percakapan panjangku dengan Tuhan.

Sadarkah jemarimu selalu lukai hatiku? Ingatkah perkataanmu selalu menghancurleburkan mimpi-mimpiku? Apakah aku tak pantas bahagia bersamamu? Terlau banyak pertanyaan. Aku muak sendiri. Aku mencintaimu yang belum tentu mencintaiku. Aku mengagumimu yang belum tentu paham dengan rasa kagumku.

Aku bukan siapa-siapa di matamu, dan tak akan pernah menjadi siapa-siapa. Sebenarnya, aku juga ingin tahu, di manakah kauletakkan hatiku yang selama ini kuberikan padamu. Tapi, kamu pasti enggan menjawab dan tak mau tahu soal rasa penasaranku. Siapakah seseorang yang telah beruntung karena memiliki hatimu?

Mungkin... semua memang salahku. Yang menganggap semuanya berubah sesuai keinginanku. Yang bermimpi bisa menjadikanmu lebih dari teman. Salahkah jika perasaanku bertumbuh melebihi batas kewajaran? Aku mencintaimu tidak hanya sebagi teman, tapi juga sebagai seseorang yang bergitu bernilai dalam hidupku.

Namun, semua jauh dari harapku selama ini. Mungkin, memang aku yang terlalu berharap terlalu banyak. Akulah yang tak menyadari posisiku dan tak menyadari letakmu yang sengguh jauh dari genggaman tangan. Akulah yang bodoh. Akulah yang bersalah!

Tenanglah, tak perlu memerhatikanku lagi. Aku terbiasa tersakiti kok, terutama jika sebabnya kamu. Tidak perlu basa-basi, aku bisa sendiri. Dan, kamu pasti tak sadar, aku berbohong jika aku bisa begitu mudah melupakanmu.

Menjauhlah. Aku ingin dekat-dekat dengan kesepian saja, di sana lukaku terobati, di sana tak kutemui orang sepertimu, yang berganti-ganti topeng dengan mudahnya, yang berkata sayang dengan gampangnya.

dari seseorang yang kehabisan cara
membuktikan rasa cintanya